Laporan : Sebinus Abel dan Mathildis Riberu
Labuan Bajo, InfoManar,- Untuk mengurai tantangan industri pariwisata di bidang Pertanian, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat terus memperkuat kerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. Salah satu wujud kerja sama ini adalah dengan menyusun dokumen Kajian Tanaman Holtikultura Link dan Match Dengan Industri Pariwisata.
Pemerintah daerah kabupaten manggarai barat menjalin kerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang terkait tantangan industri pariwisata di kota labuan Bajo di bidang pertanian. Hal tersebut dilakukan pada kegiatan Forum Group Disccussion (FGD) antara Penyusunan Dokumen Kajian Tanaman Holtikultura Link and Match dengan industri pariwisata tahun 2024 yang difasilitasi oleh Badan Riset dan Teknologi (Brida) Kabupaten Manggarai Barat, Kamis (03/10/2024).
Kegiatan FGD ini digelar secara daring, diikuti oleh dekan fakultas pertanian Undana Kupang Dr. Ir. Muhammad S. M. Nur, M.Si. , Kepala LPPM Undana Kupang, Dr. Ir. Damianus Adar, Para camat se-Kabupaten Manggarai Barat, para tim peneliti Undana Kupang, Kaban Ekonomi dan SDA Manggarai Barat, Dirut bank NTT cabang Labuan Bajo, Dirut bank BRI cabang Labuan Bajo, ketua PHRI Manggarai Barat, Manager Hotel dan Restauran, Ketua Koperasi, dan distributor holtikultura dan seluruh staf Brida kabupaten Manggarai Barat.
FGD ini mengangkat tema “Penyusunan Dokumen Kajian Tanaman Holtikultura Link and Match Dengan Industri Pariwisata tahun 2024. Dengan tema ini bagaimana tantangan masyarakat petani Manggarai Barat kedepan atas hasil pertanian holtikultura guna menembus permintaan pasar pariwisata Labuan Bajo. Melihat hal tersebut Tim peneliti Undana Kupang mengkaji potensi ekonomi yang ada di Manggarai Barat agar bisa dimanfaatkan oleh para petani holtikultura demi terwujdunya kehidupan yang sejahtera.
Pjs. Bupati Manggarai Barat, Ondi Christian Siagian, dalam sambutan yang dibacakan oleh Asisten Administrasi Umum, Aloysius Lahi saat membuka kegiatan mengatakan Labuan Bajo dapat memberikan peluang yang sangat signifikan terhadap pengembangan pertanian termasuk pertanian holtikultura sebagai penopang pariwisata.
Kondisi eksistensi saat ini kata Asisten Aloysius tantangan dan problematika untuk menjadi masyarakat petani holtikrura Manggarai Barat sebagai supplier utama kebutuhan hortikultura pada hotel dan restaurant sangat kompleks dan membutuhkan kajian yang komprehensif dan keterlibatan multi stakeholder.
Dalam rangka menjawab tantangan pariwisata dan kebutuhan industri pariwisata Labuan Bajo saat ini, lanjut Aloysius pemerintah daerah kabupaten Manggarai Barat telah berinisiasi dan bekerjasama dengan fakultas pertanian Undana Kupang melaksanakan kajian tanaman holtikultura link and match dengan industri pariwisata.
Hasil kajian ini kata Aloysius diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada instansi teknis terkait rentang pengembangan holtikulrura ditingkat hulu agar bisa menjawab kebutuhan industri pariwisata (jenis, kuantitas maupun kualitas) , strategi pemasaran dan juga distribusi hasil produk.
Lanjut Aloysius kegiatan saat ini merupakan FGD antara sebagai tahapan lanjutan penyusunan dokumen kajian tanaman holtikuktura link and match dengan industri pariwisata tahun 2024.
“Kegiatan hari ini merupakan tindak lanjut dari laporan sementara berkaitan dengan hasil baik dari penelitian lapangan Maupun wawancara dengan beberapa tokoh yang dianggap perlu pada FGD awal dan studi lapangan beberapa waktu yang lalu,” kata Aloysius.
Aloysius berharap partisipasi aktif dari semua pihak guna memberikan masukan, saran sesuai dengan kapasitas dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga hasil kajian benar benar mampu memberikan kesimpulan yang tepat bagi pengembangan tanaman holtikultura untuk kebutuhan industri pariwisata di Manggarai Barat.
Sementara itu kepala LPPM Undana Kupang, Damianus Adar mengatakan dari hasil kajian tim penelitian tanaman holtikultura link and match dengan industri pariwisata memberikan kesimpulkan lanjutan bahwa peluang peningkatan produktifitas masih sangat tinggi; jangkauan pasar produktifitas holtikultura sempit masih sebatas lokal belum efisien karena teknologi pasca panen yang belum memadai; mutu dan kualitas masih sangat rendah dan ketersediaan sarana dan prasarana belum memadai (input produksi, pascapanen, pasaran dan kelembagaan penunjang).
Editor : Ferdy Jemaun*