Saatnya Labuan Bajo Miliki Sentra Produksi Hortikultura

0
114
 Sekcam Komodo Melkior Samsudin  (tengah) saat mebuka Kegiatan FGD
Sekcam Komodo Melkior Samsudin (tengah) saat mebuka Kegiatan FGD

Labuan Bajo : Infomabar-

Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Badan Riset Inovasi Daerah ( Brida) menggandeng Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang sedang mengkaji persoalan internal petani lokal . Mereka belum siap menjawab tantangan industri pariwisata di Labuan Bajo dibidang pertanian.

” Petani kita masih mengalami kesulitan dalam pemasaran produk hortikultura, yang rendah terserap oleh industri pariwisata Labuan Bajo, ” kata Sekcam Komodo Melkior Samsudin saat membuka kegiatan Fokus Group Discussion (FGD) tingkat Kecamatan Komodo di aula Kantor Camat Komodo kamis, (11/07/2024).

Untuk menjawab tantangan ini Melkior menjelaskan,pemerintah Kabupaten Manggarai Barat menggandeng akademisi untuk melakukan kajian ilmiah agar hasil hortikultura petani lokal bisa di-Link and Match-kan dengan industri pariwisata.

Saat ini pemerintah dan petani Manggarai Barat memiliki tantangan, dimana hasil pertanian hortikultura petani lokal yang belum mampu menembus pasar industri pariwisata. FGD mengangkat tema  “Kajian Tanaman Hortikultura Link and Match dengan Industri Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat.
FGD ini dihadiri oleh para kepala Desa se- Kecamatan Komodo dan para penyuluh yang bertugas di wilayah ini, kata Sekcam Melkior.

Sebagai daerah tujuan wisata, Labuan Bajo diharapkan memberikan peluang signifikan terhadap pengembangan pertanian, termasuk hortikultura sebagai penopang industri pariwisata.Kebutuhan hortikultura Manggarai Barat untuk industri pariwisata masih didatangkan dari luar dengan harga yang cukup mahal. Padahal, kemajuan pariwisata di Manggarai Barat seharusnya bisa mengangkat usaha pertanian lokal,”ujar Melkior.

Melalui FGD ini Melkior berharap, bisa mendapatkan rekomendasi tentang pengembangan hortikultura di tingkat hulu, agar bisa menjawab kebutuhan industri pariwisata dalam hal jenis, kuantitas, dan kualitas, serta strategi pemasaran dan distribusi hasil produk,” ujarnya.

Selain itu Melkior yakin hasil kajian ini dapat memberikan inovasi yang menghubungkan kebutuhan hortikultura pasar industri pariwisata dengan produksi hortikultura petani lokal. Selain itu juga adanya outlet pemasaran hortikultura yang bisa diakses oleh industri pariwisata dan aplikasi digital yang menghubungkan kebutuhan industri dengan ketersediaan hortikultura dari masyarakat setempat.

“Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas kedepanya harus memiliki sentra produksi Holtikultura untuk menjawab permintaan pasar industry Pariwisata yang semakin tinggi, ” harap Melkior.

Gonza- Tim IKP
Editor : Hans*